Dari Bandara ke Lapangan Hijau: Abu Kamara Langsung “On Fire” di Lini Depan PSM Makassar
Agen Berita Makasar– PSM Makassar memasuki musim 2025/2026 dengan agenda restrukturisasi lini depan yang masif. Kepergian dua bintang andalan, Nermin Haljeta (top skor) dan Joao “Balotelli” Pereira, meninggalkan lubang besar yang harus segera ditambal. Manajemen pun mendatangkan empat penyerang baru sebagai opsi untuk pelatih kepala Bernardo Tavares. Namun, dari keempatnya, hanya satu nama yang langsung menyala dan mencuri perhatian: Abu Kamara.
Yang membuat start gemilangnya istimewa adalah ia bukanlah pemain yang mengikuti persiapan pramusim secara penuh. Proses administrasi yang rumit membuatnya telat bergabung. Namun, seperti pepatah, “better late than never”, Kamara membuktikan bahwa dirinya layak ditunggu. Hanya dalam dua penampilan perdana, striker berpaspor Liberia ini sudah berhasil mencetak namanya di papan skor dan memberi angin segar bagi suporter Juku Eja.
Debut Kilat: Langsung Turun Sehari Setelah Resmi
Abu Kamara diresmikan sebagai pemain PSM Makassar pada 15 Agustus 2025. Drama pun langsung tersaji. Hanya berselang satu hari, pada 16 Agustus 2025, ia sudah harus terbang ke Bandar Lampung untuk menghadapi Bhayangkara Presisi FC di Stadion Sumpah Pemuda.
Dalam laga tersebut, pelatih Bernardo Tavares memilih untuk memperkenalkannya secara perlahan. Kamara masuk pada menit ke-87, menggantikan rekrutan baru lainnya, Lucas Dias. Waktu tujuh menit yang sangat singkat. Tugasnya bukan untuk menjadi pahlawan, melainkan untuk mengacaukan konsentrasi pertahanan lawan dengan pergerakan tanpa bola dan fisiknya yang kekar (182 cm).

Baca Juga: Upacara Bendera Jadi Sarana Polres Bone Edukasi Tertib Lalu Lintas ke Pelajar
Statistiknya sederhana: sekali operan dan satu intersep. Tapi, bagi mata yang jeli, kehadirannya langsung terasa. Tekanan yang dia berikan dan posisinya yang cerdas menunjukkan bahwa PSM telah merekrut seorang penyerang yang tak hanya mengandalkan fisik, tetapi juga memiliki naluri yang baik di area pertahanan lawan.
Momen Kebangkitan: Gol Perdana yang Mengobati Rindu
PSM menghadapi ujian tandang yang berat melawan Semen Padang di Stadion Haji Agus Salim pada 22 Agustus 2025. Pada babak pertama, lini depan PSM masih kesulitan menembus benteng kokoh tim tuan rumah. Situasi itu memaksa Bernardo Tavares untuk mengambil risiko: memasukkan Abu Kamara sejak awal babak kedua.
Selama 15 menit pertama di babak kedua, Kamara masih kesulitan. Bek-bek Semen Padang, seperti Rui Rampa, menjaga dengan ketat. Namun, penyerang berkebangsaan Liberia itu tak perlu banyak peluang untuk membuat sesuatu terjadi.
Momen kebangkitan itu datang di menit ke-74. Dimulai dari torehan bek sayap Victor Luiz dari sisi kiri, bola kemudian mengalami drama kecil. Sebuah pantulan yang beruntung dari kaki bek lawan, Rui Rampa, jatuh tepat di depan kaki Kamara yang telah berdiri di posisi yang sempurna. Dengan tenang dan komposisi tubuh yang baik, ia melepas tembakan yang tak bisa dibendung kiper Arthur Augusto. Gol! 1-0 untuk PSM.
Gol itu bukan hanya sekadar gol. Ia adalah sebuah pernyataan. Sebuah jawaban atas semua pertanyaan mengenai siapa yang akan mengisi kekosongan Haljeta dan Balotelli. Gol itu adalah buah dari insting murni seorang striker—selalu berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat.
Statistiknya dalam laga itu sangat efisien dan “irit”. Hanya satu umpan, satu shot on target yang berbuah gol, dan satu percobaan yang melebar. Ia adalah contoh sempurna dari pemain yang tidak perlu banyak sentuhan untuk membuat dampak yang signifikan.
Sinyal Kuat untuk Masa Depan
Kedatangan Abu Kamara ke PSM Makassar bukanlah tanpa beban. Ekspektasi untuk langsung menggantikan peran dua pencetak gol utama sangatlah tinggi. Namun, dengan mentalitas dan kualitas yang ditunjukkannya dalam dua penampilan singkat itu, ia seolah mengirim sinyal kuat:Â “Saya siap.”
Kemampuannya beradaptasi dengan cepat, meski telat bergabung, berbicara banyak tentang profesionalismenya. Karakternya yang tenang namun efisien di depan gawang mirip dengan ciri khas striker-striker kelas dunia yang tak perlu banyak berlari, tetapi selalu hadir di momen-momen krusial.
Pelatih Bernardo Tavares tentu memiliki pekerjaan rumah untuk membangun chemistry antara Kamara dengan pemain sayap dan gelandang serang seperti Yakob Sayuri, Adilson Maringa, atau Edo Febriansyah. Jika koordinasi ini sudah terbentuk, bukan tidak mungkin Abu Kamara akan menjadi mesin gol baru yang ditakuti di BRI Liga 1.
Awal yang “on fire” dari Abu Kamara bukan hanya sekadar cerita tentang seorang pemain yang mencetak gol. Ini adalah cerita tentang determinasi, kesabaran, dan kemampuan untuk menjawab tantangan tepat pada waktunya. Para pendukung PSM Makassar kini memiliki alasan baru untuk berharap. Sorakan “Abu Kamara!” mungkin akan semakin sering menggema di Stadion Gelora B.J. Habibie, membawa warisan kejayaan para striker PSM masa lalu ke masa depan yang cerah.
