Jalan Baru, Harapan Baru: Pemkot Makassar dan Kalla Group Rancang Solusi Total untuk Kemacetan Timur Kota
Agen Berita Makasar– Udara di wilayah timur Kota Makassar seringkali dipenuhi oleh bunyi klakson dan pemandangan lautan kendaraan yang nyaris tak bergerak. Bagi warga Manggala, Tamalanrea, dan sekitarnya, kemacetan bukan lagi sekadar gangguan, melainkan sebuah rutinitas yang menyita waktu, tenaga, dan bahan bakar. Poros utama seperti Jalan Perintis Kemerdekaan kerap menjadi titik jenuh, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja.
Menyikapi hal ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar di bawah kepemimpinan Wali Kota Munafri Arifuddin tidak tinggal diam. Pencarian solusi konkret dan berkelanjutan akhirnya menemukan titik terang. Pada Rabu, 10 September 2025, sebuah langkah strategis diambil. Pemkot Makassar, berkolaborasi dengan Kalla Group, sebuah konglomerasi besar asal Sulawesi Selatan, secara resmi mengumumkan dan mensurvei lokasi untuk pembangunan akses jalan baru yang akan menghubungkan Manggala dan Tamalanrea melalui kawasan Baruga Antang.
Sebuah Solusi Strategis yang Dinantikan
Rencana pembangunan jalur alternatif ini bukan sekadar membuka jalan tembus biasa. Ini adalah sebuah proyek integratif yang dirancang untuk memecah dua masalah sekaligus: kemacetan kronis dan potensi genangan air. Trase jalan baru sepanjang approximately 1,5 kilometer ini akan membentang dari kompleks Baruga Antang (dekat area driving range golf), menyusuri aliran Sungai Tello, dan tembus langsung ke Jalan Dr. Leimena di sekitar jembatan.
Yang membuat proyek ini ambisius adalah lebarnya yang mencapai 30 meter. Ini menunjukkan bahwa jalan ini tidak dimaksudkan hanya untuk akses sekunder. Wali Kota Munafri Arifuddin, atau yang akrab disapa Appu, menegaskan bahwa jalur ini akan menjadi solusi strategis bagi warga.

Baca Juga: OTK Berkerudung di Makassar Bakar Lemari Masjid Lalu Kabur
“Jalur ini menjadi solusi bagi warga yang tinggal di Manggala dan wilayah timur kota. Mau tidak mau, suka atau tidak, kita memang harus mencari jalan alternatif karena sekarang ini semua akses sudah macet,” tegas Appu saat meninjau langsung dari Bukit Baruga hingga ke hilir di Jembatan Leimena.
Kehadiran jajaran pejabat terkait seperti Kadis Penataan Ruang, Kadis PU, Kadis DLH, serta para camat, ditambah dengan kehadiran pimpinan Kalla Land & Property seperti CEO Ricky Theodores dan COO M. Natsir Mardan, menandakan keseriusan dan komitmen tinggi dari kedua belah pihak.
Lebih dari Sekadar Jalan: Integrasi Ekonomi dan Pengendalian Banjir
Keunikan proyek ini terletak pada pendekatan multifungsinya. Pemerintah tidak hanya membangun infrastruktur “keras” (hard infrastructure) berupa jalan beton, tetapi juga menyiapkan infrastruktur “lunak” (soft infrastructure) yang memberdayakan masyarakat.
Pertama, sebagai penggerak ekonomi. Di sepanjang ruas jalan yang rencananya akan dikerjakan akhir tahun 2025 ini, akan dibangun sentra kuliner dan pasar wisata di sekitar tepian Sungai Tello. Ini akan menciptakan ruang ekonomi baru, membuka lapangan kerja, dan mengubah area yang mungkin sebelumnya terabaikan menjadi destinasi yang hidup dan produktif.
Kedua, sebagai sistem pengendali banjir. Appu dengan jelas menyatakan bahwa proyek ini akan dipadukan dengan sistem penanggulangan banjir. “Sekaligus kita akan maksimalkan pembuatan alur-alur air untuk mengantisipasi genangan. Jadi manfaatnya ganda, mengurai kemacetan sekaligus menangani banjir,” katanya. Pendekatan ini menunjukkan pemikiran yang komprehensif, di mana pembangunan infrastruktur tidak berjalan sendiri tetapi sinergis dengan penanganan masalah lingkungan.
Visi Jangka Panjang: Tembus Hingga BTP
Yang lebih menggembirakan lagi, proyek ini hanyalah fase awal. Jalur baru ini diproyeksikan untuk bisa tembus hingga ke kawasan BTP (Bosowa Town Planning) dengan total panjang approximately 5 kilometer. Jika terwujud, ini akan menjadi alternatif akses yang sangat signifikan, memberikan rute yang lebih cepat dan efisien bagi masyarakat yang bermukil atau beraktivitas di kawasan timur Makassar, sekaligus menghubungkan pusat-pusat ekonomi baru yang dikembangkan oleh swasta.
Tantangan dan Komitmen: Pembebasan Lahan dan Penataan Pedagang
Appu juga secara terbuka mengakui tantangan yang dihadapi. Aspek paling kompleks dalam proyek infrastruktur apapun seringkali adalah pembebasan lahan. Ia menjelaskan perbedaan pendekatan antara swasta dan pemerintah. “Kalau swasta menghitung kebebasan itu tidak serumit kami. Tapi kalau pemerintah, dalam proses pembebasan kita akan memaksimalkan apa yang bisa dilakukan,” jelasnya. Pernyataan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk bertindak adil dan sesuai regulasi.
Tantangan lain adalah penataan pedagang yang akan memanfaatkan sentra kuliner dan pasar wisata yang baru. Appu menyoroti pengalamannya bahwa permintaan selalu jauh lebih besar dari kapasitas. “Biasanya yang eksis itu hanya sekitar 30 pedagang, tapi yang mau itu bisa sampai 200. Ini yang harus ditata sejak awal,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa proses adaptasi dari pasar tradisional ke pasar modern membutuhkan waktu sekitar enam bulan. “Tapi kalau sudah masuk pasar modern, semuanya harus tertata rapi. Sebenarnya ini kesempatan bagi mereka untuk beradaptasi, meningkatkan kualitas, dan tentu lebih tertib,” pungkasnya. Ini menunjukkan kesadaran untuk tidak hanya membangun fisik, tetapi juga membina dan mengedukasi masyarakat.
Sebuah Langkah Maju untuk Makassar yang Lebih Terhubung
Kolaborasi antara Pemkot Makassar dan Kalla Group dalam proyek jalan alternatif Manggala-Tamalanrea ini adalah contoh nyata dari Public-Private Partnership (Kemitraan Pemerintah dan Swasta) yang ideal. Swasta membawa efisiensi dan sumber daya, sementara pemerintah memastikan proyek tersebut berjalan untuk kepentingan publik yang lebih luas, termasuk penataan ekonomi dan lingkungan.
Dengan komunikasi yang intensif dan tim yang telah dibentuk untuk memetakan pekerjaan awal, optimisme bahwa jalur baru ini dapat segera terealisasi begitu terasa. Jika berjalan sesuai rencana, bukan hanya kemacetan yang akan terurai, tetapi sebuah lanskap baru yang mencakup mobilitas, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan akan lahir di bagian timur Kota Makassar, membawa angin segar dan harapan baru bagi warganya.